Menemukan Jejak-Nya
Menemukan Jejak-Nya di Antara Retakan Hidup
Banyak orang mengira kehadiran Tuhan adalah sebuah perayaan—pesta kembang api saat doa-doa kita dijawab dengan "Ya" yang lantang. Kita sering merasa paling dekat dengan Langit saat saldo bank aman, tubuh bugar, dan tawa bergema di ruang tamu. Namun, benarkah keberadaan Sang Pencipta hanya terbatas pada musim semi kehidupan?
Kenyataannya, Tuhan tidak sedang bersembunyi saat badai datang. Dia tidak mendadak absen saat duniamu terasa runtuh.
Di Balik Keheningan dan Kelelahan
Seringkali, kita mencari Tuhan dalam mukjizat yang megah, sampai kita lupa bahwa Dia ada di dalam setiap tarikan napas yang masih mengalir lancar—sebuah ritme otomatis yang sering kita abaikan maknanya. Dia hadir dalam ketangguhan hatimu; sebuah mesin organik yang tetap memompa kekuatan meski pemiliknya merasa sudah sampai di batas lelah.
Jika hari ini kamu merasa capek yang luar biasa, sadarilah bahwa kemampuanmu untuk tetap bertahan adalah bukti nyata bahwa ada "tangan" yang sedang menopangmu dari belakang.
Guru dalam Kegagalan, Makna dalam Jeda
Kita benci kegagalan, tapi di sanalah Tuhan seringkali sedang "mengajar." Kegagalan bukanlah tanda Dia meninggalkanmu, melainkan cara-Nya meredam ego kita agar ada ruang untuk kebijaksanaan baru.
Begitu juga dengan jeda. Saat hidup seolah berhenti berputar atau jalanmu tertutup tembok besar, itu bukanlah hukuman. Itu adalah undangan untuk berpikir, mengevaluasi arah, dan menyadari bahwa manusia tidak pernah benar-benar memegang kendali penuh.
Perasaan Sendiri vs. Kehadiran yang Sunyi
Ada saat-saat di mana kesepian terasa begitu pekat, seolah kita berteriak di ruang hampa. Namun, perasaan sendirian itu sebenarnya hanyalah ilusi dari ingatan yang pendek. Kita bukan sendirian; kita hanya sedang lupa bahwa Dia sedang menemani dalam kesunyian yang paling dalam.
Tuhan tidak selalu hadir untuk memberikan jawaban instan, tapi Dia selalu ada untuk memberikan ketenangan yang tak masuk akal.
Merasakan, Bukan Sekadar Melihat
Hidup boleh saja menjadi benang kusut yang ribet dan sulit diurai. Namun, jangan pernah biarkan imanmu tertinggal di persimpangan jalan. Ingatlah satu hal fundamental: Tuhan hadir bukan untuk dilihat dengan mata kepala, melainkan untuk dirasakan dengan mata hati.
Dia tidak butuh panggung megah untuk membuktikan eksistensi-Nya. Dia cukup ada di sana di antara detak jantungmu, di tengah kegagalanmu, dan di setiap embusan napasmu. Karena pada akhirnya, iman bukanlah tentang memahami semua rencana-Nya, tapi tentang percaya bahwa Dia tidak pernah melepaskan genggaman-Nya.

Komentar
Posting Komentar