Untuk Temanku di Sana
Untuk Temanku di Sana: Mengubah Rasa Menjadi Doa
Ada saat-saat di mana jarak bukan lagi soal kilometer, melainkan tentang sunyi yang kita titipkan pada langit yang sama. Untukmu yang sedang berjuang di sana, di tempat yang mungkin asing atau mungkin sedang terasa begitu berat, tulisan ini adalah peluk yang kuterjemahkan dalam aksara.
Dari Rasa Menjadi Kata
Seringkali, perjalanan memaksa kita menelan banyak rasa sendirian. Rasa lelah, ragu, hingga rindu yang tak sempat terucap. Namun, tahukah kamu? Rasa yang menyesak itu jangan dibiarkan mengendap begitu saja. Apapun yang kamu rasakan di sana, pastilah bisa diubah menjadi kata.
Tulislah. Ceritakan pada kertas atau bisikkan pada angin. Karena saat rasa itu berubah menjadi kata, ia tak lagi menjadi beban yang menghimpit dada. Ia menjadi cerita, sebuah bukti bahwa kamu sedang berproses, bahwa kamu sedang hidup dengan sungguh-sungguh.
Dari Kata Menjadi Doa Penenang
Namun, kata-kata tak berhenti hanya sebagai deretan kalimat. Saat kita mulai merangkai apa yang kita rasa, perlahan kata-kata itu bermutasi. Ia naik ke langit, mengetuk pintu-pintu langit, dan berubah menjadi doa penenang untuk semua usaha.
Kita mungkin tak selalu tahu bagaimana akhir dari setiap ikhtiar yang kita lakukan. Namun, dengan mengubah lelahmu menjadi doa, setidaknya ada ketenangan yang menyusup di sela-sela usahamu. Bahwa apa yang sedang kamu perjuangkan saat ini tidak akan pernah sia-sia di mata-Nya.
"Biarlah setiap peluhmu di sana tak sekadar hilang kering, tapi menjelma kata yang kau langitkan sebagai doa paling tulus bagi dirimu sendiri."
Tetaplah berjalan, Temanku. Jika dunia di sana terasa bising, kembalilah pada kata-katamu, kembalilah pada doamu. Karena di situlah ketenanganmu bermula.

💪💪💪💪
BalasHapus